Rabu, 29 Agustus 2018

INDONESIA, ANTARA IDEOLOGI NEGARA ATAU AGAMA

Kebersamaan antar sesama anak bangsa, sudah terjalin dengan sangat baik sejak dari dahulu. Mereka melakukan interaksi satu sama lain tanpa merasa was-was. Tidak ada rasa curiga walaupun mereka berasal dari suku, golongan, ras dan agama yang berbeda. Tidak ada saling mencaci, dan tidak ada ucapan yang berbau kebencian.

Alam pergaulan pada saat itu begitu cair. Masyarakat berinteraksi dengan leluasa, tak khawatir jika komunikasi akan terhalang oleh dogma atau ideologi agama. Sejak dulu masyarakat sudah terbiasa dalam perbedaan, sebab dari dulu masyarakat sudah pula terbiasa untuk saling menjaga, saling menghormati satu sama lain.

Pergaulan masyarakat yang berdasarkan ideologi kebangsaan, sangat efektif untuk membuat situasi menjadi nyaman, ditengah negeri dengan masyarakat yang sangat majemuk. Pergaulan setiap hari begitu tenteram, baik saat berinteraksi pada acara formal maupun non formal, bahkan saat berjumpa di pasar-pasar tradisional. Mereka hidup berdampingan dalam damai dan selalu menjadikan kebangsaan sebagai dasar saat berinteraksi.

Tetapi sangat disayangkan, rasa tenteram itu belakangan ini mengalami benturan. Sebelumnya pergaulan terasa begitu cair, kini dibatasi rasa was-was. Tadinya pergaulan berlangsung lebih leluasa, kini mulai dibatasi oleh rasa curiga. Hal itu adalah dampak dari semakin berkembangnya pikiran-pikiran radikal, dari sekelompok masyarakat yang mengatas namakan agama.

curiga telah mewarnai pergaulan masyarakat. Saling mencaci satu sama lain belakangan ini juga semakin marak. 

Perbedaan yang tadinya tidak menjadi soal, kini malah menjadi permasalahan. Masing-masing mulai menonjolkan kebenaran kelompoknya dan kebenaran itu tidak bisa ditawar, sekalipun persatuan dan kesatuan yang akan menjadi taruhannya. Hal inilah kemudian, yang memicu permusuhan ditengah masyarakat yang berbeda, yang ditunjukkan dalam praktek saling mencaci, saling menghina baik melalui media cetak, elektronik maupun di media sosial.

Berkembangnya cara pikir masyarakat dewasa ini, yang mengarah kepada menurunnya rasa kebangsaan dan semakin menguatnya pemahaman tentang sebuah keyakinan, rupanya mulai menggeser nilai-nilai persaudaraan sesama anak bangsa, dan menggiring masyarakat untuk membangun relasi hanya disekitar masyarakat yang memiliki keyakinan serupa.

Lebih disayangkan lagi, para oknum tokoh agama yang diharapkan hadir sebagai sosok pemersatu, secara sadar atau tidak, justru memposisikan dirinya sebagai tokoh pemecah belah dengan khotbah-khotbah yang bernada provokatif.

Saudaraku sekalian ...

Kita semua tentu tidak setuju, jika agama dikatakan penyebab dari ketidak nyamanan. Kita pasti sependapat, bahwa semua agama berpredikat baik. Tidak ada tawaran dalam ajaran setiap agama, yang memperbolehkan umatnya untuk saling menyakiti satu sama lain, baik kepada sesama seiman maupun bukan seiman.

Agama sebagai lembaga dituntut untuk mengajarkan ideologi dan falsafah bangsa, dimana agama adalah bagian dari bangsa yang berdaulat. Bukan sebaliknya, bangsa malah dijadikan sebagai bagian daripada agama.

Agama adalah sebuah lembaga, tempat dimana orang beriman bersekutu dan menemukan tujuan hidup.


Bandung, 29 Agustus 2018 ... SALAM GEMILANG.