Tidaklah benar jika manusia kelak di akhir
hidupnya, akan memilih menjadi salah seorang penghuni neraka. Sudah dipastikan,
jika pertanyaan tentang surga dan neraka diangkat ke permukaan, setiap insan
akan memilih surga sebagai tempat untuk tinggal pada hidup baru setelah kehidupan
duniawi berakhir.
Agama adalah sebuah lembaga, tempat dimana
manusia dapat mengetahui lebih jauh, tentang kehidupan kelak di surga maupun di
neraka. Melalui lembaga ini pula, manusia mendapatkan pengetahuan, bagaimana
manusia itu harus berperilaku agar kelak cita-cita hidup di surga menjadi milik
manusia itu sendiri.
Setiap agama membuat aturan masing-masing
untuk dilaksanakan para pengikutnya. Tak sedikit manusia menjadi bingung dengan
adanya berbagai agama. Sementara agama yang satu dengan agama yang lain
masing-masing memiliki cara dan gaya yang berbeda dalam pengajarannya.
Kebingungan sebahagian manusia semakin
meningkat, ketika semua agama yang ada, mengklaim bahwa kelompok mereka adalah
jalan kebenaran, sementara yang lainnya bukan. Demi pernyataan jalan kebenaran,
tokoh (pemeluk) agama yang satu dengan tokoh (pemeluk) agama yang lain, tak
segan untuk saling mengumpat, saling mencela serta saling mencaci-maki dan tak
jarang diantaranya akhirnya saling membunuh.
Permusuhanpun semakin meningkat, ketika
terjadi perpindahan agama seseorang, yang dipublikasikan secara luas oleh
kelompok agama baru, tempat dimana seseorang tersebut berpindah. Tentu saja
dengan menyiarkan peristiwa ini ke permukaan, akan melahirkan komentar maupun
pernyataan, yang nadanyapun tak jauh dari pujian dari pemeluk agama baru dan
pemeluk agama lama akan mencela semua peristiwa itu.
Dengan mempublikasikan peristiwa perpindahan
agama, niat apa sebenarnya yang tersimpan dibalik itu ? Dengan mengadakan adu
pendapat atas peristiwa perpindahan agama itu, mau tidak mau akan menimbulkan
kebencian semakin dalam diantaranya, lantas situasi dan kondisi yang seperti
apa kemudian diharapkan akan tercipta ?. Kemudian muncul pertanyaan akhir;
“Surga yang manakah yang hendak dituju ?”
Semua insan duniawi tau, bahwa surgawi
adalah tempat yang damai. Disana akan ditemukan segala kenyamanan, tidak ada
lagi permusuhan. Tetapi semua itu harus dilakukan lebih dahulu, ketika manusia
tinggal di bumi. Untuk mendapatkan hak sebagai penghuni surga, tentu semua
harus melalui beberapa tahapan sebagai ujian ketika manusia hidup di bumi.
Bagaimana mungkin kedamaian surgawi dapat direngkuh, sementara hidup duniawinya
penuh dengan perbuatan yang membuat Sang Khalik murka
Agama tidak ubahnya bagaikan sebuah
kendaraan umum. Agama akan menjadi kendaraan yang tepat menuju surga, jika
tokoh yang menahodainya dapat mengemudi dengan baik, melaju dijalan dengan arah
yang tepat, membawa seluruh isi kendaraan yang menumpang di dalamnya dengan
selamat sampai ke tujuan.
Demikian juga mereka yang menumpang di
kendaraan itu. Penumpang sebaiknya menjaga keseimbangan di dalamnya. Penumpang
diharapkan untuk duduk dengan tertib, tidak menciptakan kegaduhan, agar
kendaraan itu dapat dikemudikan dengan tenang dan nyaman. Para penumpangpun
diharap, untuk membantu pengemudi menormalisasi kekisruhan yang ada didalam
kendaraan itu, agar terjadi kerjasama yang baik, untuk mencapai rasa damai
dalam kendaraan tersebut.
Jika terjadi kekisruhan dalam kendaraan itu,
tentu saja memungkinkan penumpang turun di tengah jalan, dan akan mengambil
kendaraan lain sebagai upaya penumpang tersebut untuk mencapai tujuannya dengan
nyaman. Tidak pula tertutup kemungkinan, pengemudi dan penumpang sudah berusaha
sebaik mungkin untuk menciptakan kenyamanan dalam kendaraan itu, tak diketahui
apa sebabnya, diantara penumpang harus turun di tengah jalan, dan berpindah ke
kendaraan lain. Tentu saja hal itu menjadi hak dari penumpang tersebut, untuk
memilih kendaraan yang dia anggap baik untuk ditumpangi, demi kenyamanan
dirinya untuk sampai pada tujuan.
Begitu juga dengan pengemudi kendaraan, jika
bertemu dengan kendaraan lain dengan tujuan yang sama, hendaknya dapat berjalan
seiring dan sejalan, tanpa pernah berusaha untuk mengganggu perjalanan kendaraan
lain. Seandainyapun kendaraan lain berusaha untuk mendahului, biarlah mereka
melaju di depan, toh .. jika perjalanan dapat dilalui dengan baik, sudah
dipastikan kendaraan dan seluruh isinya akan sampai pada tujuan dengan selamat.
Bukan bagaimana kendaraan sampai lebih dahulu, tetapi bagaimana kendaraan
sampai di tujuan dengan selamat.
Kendaraan yang dikemudikan dengan cara tidak
benar, ugal-ugalan, lalu berisikan penumpang yang urakan, brutal dan selalu
berusaha mengganggu kendaraan lain, maka dengan situasi dan kondisi
seperti itu kendaraan akan sangat terganggu dalam usaha mencapai tujuan
dan sangat besar kemungkinan kendaraan itu akan mengalami kecelakaan.
SALAM GEMILANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar