Jumat, 25 Mei 2018

AGAMA BUKANLAH KOMODITI YANG TEPAT UNTUK DIJADIKAN BAHAN PERDEBATAN

Agama bukanlah hal yang baik untuk diperdebatkan, apalagi jika para pelaku perdebatan itu adalah kaum yang berbeda dalam meyakini sebuah agama. Agama adalah sebuah lembaga, yang sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan seorang manusia, sehingga tak sedikit orang rela mati, berkorban demi sebuah agama.

Itulah sebabnya, akan jauh lebih baik jika agama ditempatkan pada tempat yang sangat luhur, dan dijaga dari setiap peluang yang memungkinkan akan terjadi sebuah perdebatan tentangnya.


Besarnya dampak yang diakibatkan sebuah pernyataan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang berkaitan dengan agama, ketika dia sebagai Gubernur DKI Jakarta, berbicara di hadapan warga di Kepulauan Seribu (2016), dengan menyelipkan salah satu ayat dari sebuah Kitab Suci, yang kemudian menimbulkan kemarahan yang begitu besar.


Sebaiknya peristiwa itu menjadi pengalaman yang berharga bagi siapapun, untuk tidak mencampur adukkan setiap peristiwa dengan atribut keagamaan. Sekalipun Ahok bertujuan baik, dengan harapan pengetahuan politik warga tumbuh semakin baik, tetapi tetap saja pernyataan itu telah mengusik perasaan jutaan masyarakat yang memeluk agama yang bersangkutan.


Sudah seharusnya agama tidak dijadikan bahan untuk perdebatan. Sekiranyapun agama akhirnya harus dipersoalkan, cukuplah menjadi persoalan internal (orang dalam) saja. Sangat tidak baik, kalau insan atau kelompok eksternal (orang luar) berusaha untuk ikut serta mencampuri persoalan itu, sebab hanya orang dalamlah, yang mengetahui secara persis persoalan yang terjadi di dalam komunitas mereka.


SALAM GEMILANG

Kamis, 10 Mei 2018

KENDARAAN MENUJU SURGA

Tidaklah benar jika manusia kelak di akhir hidupnya, akan memilih menjadi salah seorang penghuni neraka. Sudah dipastikan, jika pertanyaan tentang surga dan neraka diangkat ke permukaan, setiap insan akan memilih surga sebagai tempat untuk tinggal pada hidup baru setelah kehidupan duniawi berakhir.


Agama adalah sebuah lembaga, tempat dimana manusia dapat mengetahui lebih jauh, tentang kehidupan kelak di surga maupun di neraka. Melalui lembaga ini pula, manusia mendapatkan pengetahuan, bagaimana manusia itu harus berperilaku agar kelak cita-cita hidup di surga menjadi milik manusia itu sendiri.


Setiap agama membuat aturan masing-masing untuk dilaksanakan para pengikutnya. Tak sedikit manusia menjadi bingung dengan adanya berbagai agama. Sementara agama yang satu dengan agama yang lain masing-masing memiliki cara dan gaya yang berbeda dalam pengajarannya.


Kebingungan sebahagian manusia semakin meningkat, ketika semua agama yang ada, mengklaim bahwa kelompok mereka adalah jalan kebenaran, sementara yang lainnya bukan. Demi pernyataan jalan kebenaran, tokoh (pemeluk) agama yang satu dengan tokoh (pemeluk) agama yang lain, tak segan untuk saling mengumpat, saling mencela serta saling mencaci-maki dan tak jarang diantaranya akhirnya saling membunuh.


Permusuhanpun semakin meningkat, ketika terjadi perpindahan agama seseorang, yang dipublikasikan secara luas oleh kelompok agama baru, tempat dimana seseorang tersebut berpindah. Tentu saja dengan menyiarkan peristiwa ini ke permukaan, akan melahirkan komentar maupun pernyataan, yang nadanyapun tak jauh dari pujian dari pemeluk agama baru dan pemeluk agama lama akan mencela semua peristiwa itu.


Dengan mempublikasikan peristiwa perpindahan agama, niat apa sebenarnya yang tersimpan dibalik itu ? Dengan mengadakan adu pendapat atas peristiwa perpindahan agama itu, mau tidak mau akan menimbulkan kebencian semakin dalam diantaranya, lantas situasi dan kondisi yang seperti apa kemudian diharapkan akan tercipta ?. Kemudian muncul pertanyaan akhir; “Surga yang manakah yang hendak dituju ?” 


Semua insan duniawi tau, bahwa surgawi adalah tempat yang damai. Disana akan ditemukan segala kenyamanan, tidak ada lagi permusuhan. Tetapi semua itu harus dilakukan lebih dahulu, ketika manusia tinggal di bumi. Untuk mendapatkan hak sebagai penghuni surga, tentu semua harus melalui beberapa tahapan sebagai ujian ketika manusia hidup di bumi. Bagaimana mungkin kedamaian surgawi dapat direngkuh, sementara hidup duniawinya penuh dengan perbuatan yang membuat Sang Khalik murka


Agama tidak ubahnya bagaikan sebuah kendaraan umum. Agama akan menjadi kendaraan yang tepat menuju surga, jika tokoh yang menahodainya dapat mengemudi dengan baik, melaju dijalan dengan arah yang tepat, membawa seluruh isi kendaraan yang menumpang di dalamnya dengan selamat sampai ke tujuan.


Demikian juga mereka yang menumpang di kendaraan itu. Penumpang sebaiknya menjaga keseimbangan di dalamnya. Penumpang diharapkan untuk duduk dengan tertib, tidak menciptakan kegaduhan, agar kendaraan itu dapat dikemudikan dengan tenang dan nyaman. Para penumpangpun diharap, untuk membantu pengemudi menormalisasi kekisruhan yang ada didalam kendaraan itu, agar terjadi kerjasama yang baik, untuk mencapai rasa damai dalam kendaraan tersebut.


Jika terjadi kekisruhan dalam kendaraan itu, tentu saja memungkinkan penumpang turun di tengah jalan, dan akan mengambil kendaraan lain sebagai upaya penumpang tersebut untuk mencapai tujuannya dengan nyaman. Tidak pula tertutup kemungkinan, pengemudi dan penumpang sudah berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan kenyamanan dalam kendaraan itu, tak diketahui apa sebabnya, diantara penumpang harus turun di tengah jalan, dan berpindah ke kendaraan lain. Tentu saja hal itu menjadi hak dari penumpang tersebut, untuk memilih kendaraan yang dia anggap baik untuk ditumpangi, demi kenyamanan dirinya untuk sampai pada tujuan.


Begitu juga dengan pengemudi kendaraan, jika bertemu dengan kendaraan lain dengan tujuan yang sama, hendaknya dapat berjalan seiring dan sejalan, tanpa pernah berusaha untuk mengganggu perjalanan kendaraan lain. Seandainyapun kendaraan lain berusaha untuk mendahului, biarlah mereka melaju di depan, toh .. jika perjalanan dapat dilalui dengan baik, sudah dipastikan kendaraan dan seluruh isinya akan sampai pada tujuan dengan selamat. Bukan bagaimana kendaraan sampai lebih dahulu, tetapi bagaimana kendaraan sampai di tujuan dengan selamat.


Kendaraan yang dikemudikan dengan cara tidak benar, ugal-ugalan, lalu berisikan penumpang yang urakan, brutal dan selalu berusaha mengganggu kendaraan lain,  maka dengan situasi dan kondisi seperti itu kendaraan akan sangat terganggu dalam usaha mencapai tujuan dan sangat besar kemungkinan kendaraan itu akan mengalami kecelakaan.


Jangan pernah berpikir, bahwa kendaraan yang indah dan besar menjamin penumpang sampai di tujuan dengan selamat, tanpa pengemudi dan penumpang yang baik. Maka berusahalah menjadi pengemudi dan penumpang yang baik, agar kendaraan dan seluruh isinya merasa nyaman dan boleh sampai pada tujuan akhir dengan selamat.

SALAM GEMILANG