Sabtu, 03 Agustus 2019

SIAPA YANG DENGAN SETIA MENEMANI KITA MESKIPUN HARUS PERGI KE AKHIRAT

Seorang raja dengan empat orang istri, suatu hari jatuh sakit dan sekarat. Merasa takut sendirian, dia memahon kepada istri-istrinya untuk menemani ke aakhirat. Raja memanggil istri-istrinya dimulai dari istri yang keempat, istri yang sangat dia cinta.

Terhadap istrinya ini, raja selalu membeli baginya berlian, emas dan pakaian yang indah-indah.

Lalu raja bertanya, “Maukah engkau  mati  dan pergi bersamaku ke akhirat ?”. Istri keempatnya itu menjawab, “Maaf, aku tidak bisa pergi bersamamu”. Kemudian istri keempatnya itu bangkit dan pergi meninggalkan raja yang sedang sekarat.

Raja juga sangat mencintai istrinya yang ketiga. Ia sangat membanggakan istrinya ini. Saking bangganya, raja suka memamerkan istrinya yang satu ini kepada kerajaan-kerajaan tetangga. 

Dan raja memanggilnya lalu bertanya, “Maukah engkau menemaniku ke akhirat ?”. Istri ketiga menjawab, “Maaf aku tidak bisa pergi bersamamu. Aku sangat mencintai hidupku. Dan jika engkau mati aku akan menikah lagi.

Istrinya yang kedua, selalu ada untuknya saat ia membutuhkannya. Raja memanggilnya dan bertanya, “Maukah engkau menemani aku pergi ke akhirat ?” Istri keduanya menjawab, “Maaf, kali ini aku tidak bisa membantumu. Aku hanya bisa memakamkanmu, jika engkau mati. Aku hanya bisa pergi bersamamu, sampai ke pemakaman saja”

Tiba-tiba raja dikagetkan suara yang datang tiba-tiba, “Aku akan pergi bersamamu. Kemanapun engkau pergi, aku akan ikut bersamamu, meskipun itu ke akhirat”. Kemudian raja menoleh ke arah datangnya suara, rupanya dia adalah istri pertamanya.

Dari keempat istrinya, istri pertama ini sangat sedikit mendapat perhatian darinya. Lalu raja berkata sambil bercucuran air mata, “Maafkan aku karena tidak memperhatikanmu. Seharusnya aku lebih banyak memberikan perhatian kepadamu. Tetapi aku tidak melakukan itu”. Raja kemudian pergi ke akhirat bersama dengan istri pertamanya.

Pesan moral dari cerita ini adalah, bahwa kita semua memiliki empat istri. Istri keempat adalah tubuh kita, yang selalu kita rawat dan kita hiasi dengan perhiasan yang bagus dan cantik serta pakaian yang indah. Namun pada akhirnya, semua itu akan tinggal, tak ikut bersama kita saat mati.

Istri yang ketiga melambangkan harta benda. Kita lebih banyak meluangkan waktu untuk mengumpulkan harta benda, tetapi pada akhirnya ketika kita mati, semua itu tidak bisa mengikuti kita ke akhirat, tetapi akan tinggal di dunia untuk orang lain dan habis terbagi-bagi. Seperti kata istri ketiga, dia akan menikah lagi dan menjadi milik orang lain.

Istri yang kedua melambangkan teman dan keluarga kita. Kita sangat mempercayai mereka, karena mereka adalah orang terdekat kita. Mereka selalu ada untuk kita disaat kita membutuhkannya. Tetapi tempat yang paling jauh, mereka bisa menemani kita saat mati, hanya sampai ke pemakaman saja.

Istri yang pertama melambangkan jiwa kita. Kita cenderung abai dalam merawat jiwa kita. Padahal, dialah yang menemani kita ke akhirat.

Rawatlah tubuh kita agar tetap sehat. Nikmatilah harta benda, dan simpan di tempat yang aman. Sayangi pula teman dan keluarga, untuk balasan atas cinta yang mereka berikan.

Dan jangan lupa untuk merawat dan memelihara jiwa kita. Luangkan waktu untuk berdoa, agar relasi dengan Yang Maha Esa tetap terjalin dengan baik. Karena itu adalah sumber dari kehidupan dan teman paling setia kita.

Pembaca yang budiman ...

Semoga cerita ini menjadi manfaat untuk setiap orang, dan tidak mengabaikan istri pertamanya, yaitu jiwa yang selalu setia mengikuti kita kemanapun kita pergi  ...

SALAM GEMILANG.

Jumat, 02 Agustus 2019

RAMADHAN, ANTARA JEMBATAN ATAU PERSINGGAHAN

Ramadhan adalah bulan yang mulia dimana setiap amal dan ibadah dilipat gandakan pahalanya di bulan ini. Berbagai aktivitas ibadah dan ke khusukan berpuasa juga mengalami peningkatan pada bulan yang penuh berkah ini. Meskipun pada prakteknya oleh sebagian orang, pelaksanaan Ramadhan semarak pada awalnya saja, tetapi secara keseluruhan, Ramadhan telah mengubah seseorang untuk lebih giat dalam mencari pahala.

Ramadhan juga membuat seseorang mampu berubah seketika. Pada saat memasuki Bulan Ramadhan, seorang bandit sekalipun bisa mendadak menjadi religius. Semula berpenampilan garang, pada bulan suci berubah menjadi seseorang yang berpenampilan alim dengan menggunakan busana-busana agamis. Hal ini terjadi, tentu karena kekuatan aura Ramadhan itu sendiri yang mampu mengubah seseorang menjadi insan yang lebih baik.

Ramadhan adalah bulan yang suci, saat dimana orang berusaha untuk melatih diri. Melatih diri untuk menahan haus dan lapar. Melatih diri untuk menahan nafsu dan amarah. Melatih diri untuk memahami orang lain. Melatih diri untuk mendengarkan orang lain, dan masih ada banyak hal yang perlu dilatih pada bulan ini, termasuk melatih diri untuk lebih mantap dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama sesuai dengan perintah-Nya.

Tetapi sangat disayangkan, bagi sebagian orang Ramadhan hanyalah pertobatan sementara. Dengan berakhirnya Ramadhan berakhir pula kekhusukan melakukan ibadah. Meningkatnya aktivitas mengunjungi rumah ibadah pada saat Bulan Ramadhan, semuanya berakhir seiring dengan berakhirnya Bulan Ramadhan. Giatnya seseorang mencari pahala pada Bulan Ramadhan, rupanya seperti tidak perlu lagi dicari setelah Bulan Ramadhan berakhir.

Sebagian orang, menjadikan Bulan Ramadhan sebagai persinggahan semata. Bertobat saat berada di Bulan Ramadhan setelah itu kembali lagi ke jalan yang sesat. Seharusnya Bulan Ramadhan oleh tiap orang dijadikan sebagai jembatan. Jembatan untuk menyeberang dan merubah diri ke arah yang lebih baik, bukan sebatas persinggahan setelah singgah lalu pergi kemudian kembali lagi ke dunia sebelumnya.
           

SALAM GEMILANG 

ISLAM ADALAH AGAMA RAHMATAN LIL 'ALAMIN

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.

Terhadap hewan saja harus menjadi rahmat, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan damainya dunia ini.

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Sekali lagi, terbanyak di dunia. Maka melihat keterangan di atas, seharusnya Indonesia menjadi negara yang indah, damai, beradab dan paling aman di dunia. Tapi lihat saja kenyataannya, kita tidak bisa menutup mata dan telinga dengan pemberitaan sehari-hari yang mengabarkan tentang kisah-kisah menyedihkan dan perilaku tak beradab.


Mulai dari anak-anak yang melakukan pencabulan, berjudi, menghisap sabu. Remaja tawuran antar sekolah, kumpul kebo, menjadi pengedar narkoba, minum-minuman keras. Orang tua yang mencabuli anaknya sendiri, membunuh anggota keluarga sendiri, membunuh karena masalah sepele, bunuh diri, mutilasi, dan sebagainya.

Sampai kepada pejabat kita yang melakukan tindak asusila, dan korupsi besar-besaran. Hampir setiap hari kejadian semacam ini keluar di pemberitaan. Sebenarnya apa yang terjadi? Di mana moral mereka? Bukankah sebagian besar dari mereka adalah muslim? Bukankah orang muslim seharusnya menjadi rahmatan lil ‘alamin ...?

Jika dikatakan tidak berpendidikan sepertinya tidak juga. Kita yakin kebanyakan dari mereka telah mengenyam pendidikan dasar, bahkan tidak sedikit yang sudah sarjana bahkan lebih. Lantas mengapa moral mereka bisa sebegitu hancurnya? Jawabannya adalah, mereka tidak memahami dan menjalankan ajaran islam secara kaffah.

Jika mereka tahu bahwa membunuh binatang dengan semena-mena saja dilarang oleh islam, mana mungkin sampai berani membunuh sesama manusia, apalagi sesama muslim. Orang Islam itu adalah orang yang selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Tuhan. Sudah sangat jelas bagaimana islam menjelaskan bagaimana ciri orang islam sesungguhnya.

Jadi, setiap muslim wajib untuk belajar tentang agamanya. Dengan begitu mereka akan mampu menjadi khalifah sesungguhnya di bumi sesuai tujuan penciptaan manusia, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam.

SALAM GEMILANG.

SEJARAH LAHIRNYA KRISTEN

Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus, sebagai tokoh yang paling utama, sampai kemudian agama ini resmi terbentuk. Yesus Kristus lahir di Kota Betlehem, sebuah kota kecil yang terletak di wilayah yang kini dikenal sebagai Palestina, pada masa kekuasaan Raja Herodes di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Yesus lahir dari rahim seorang wanita perawan yang bernama Maria, yang dikandung oleh Roh Kudus.

Sejak usia tiga tahun Yesus telah berkhotbah di Bait Allah di berbagai tempat dan di usia remajanya Yesus Kristus mulai bernubuat (melakukan mujizat) pada banyak orang, bersama dengan kedua belas rasulnya. Melalui ajaran dan nubuat-Nya, Yesus semakin populer di tengah masyarakat luas, sehingga oleh karena itu Yesus Kristrus semakin dibenci orang-orang Farisi, yang kemudian berkomplot untuk menyalibkan Yesus.

Yesus wafat di Kayu Salib pada usia 33 tahun dan bangkit dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Pasca kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia sekitar empat puluh hari lamanya, sebeluma kemudian naik ke Surga

Sejak peristiwa kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus ke Surga, lalu ke dua belas murid Yesus Kristus semakin memantapkan keyakinan mereka bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sebelumnya hadir di dunia dan berada di antara mereka. Kabar keselamatan itulah yang kemudian menjadi dasar paengajaran mereka, dan seterusnya disebar sampai ke ujung bumi, hingga semua manusia mendengar kabar keselamatan itu.

Sejak dari peristiwa inilah, lalu paham Kristiani lahir, lalu tumbuh dan berkembang, kemudian menyebar sampai ke seluruh ujung bumi. Mereka disebut Pengikut Kristus, yang lebih dikenal dengan sebutan Orang Kristiani atau Kaum Nasrani.

Terimakasih telah membaca hingga rampung ... SALAM GEMILANG

Rabu, 29 Agustus 2018

INDONESIA, ANTARA IDEOLOGI NEGARA ATAU AGAMA

Kebersamaan antar sesama anak bangsa, sudah terjalin dengan sangat baik sejak dari dahulu. Mereka melakukan interaksi satu sama lain tanpa merasa was-was. Tidak ada rasa curiga walaupun mereka berasal dari suku, golongan, ras dan agama yang berbeda. Tidak ada saling mencaci, dan tidak ada ucapan yang berbau kebencian.

Alam pergaulan pada saat itu begitu cair. Masyarakat berinteraksi dengan leluasa, tak khawatir jika komunikasi akan terhalang oleh dogma atau ideologi agama. Sejak dulu masyarakat sudah terbiasa dalam perbedaan, sebab dari dulu masyarakat sudah pula terbiasa untuk saling menjaga, saling menghormati satu sama lain.

Pergaulan masyarakat yang berdasarkan ideologi kebangsaan, sangat efektif untuk membuat situasi menjadi nyaman, ditengah negeri dengan masyarakat yang sangat majemuk. Pergaulan setiap hari begitu tenteram, baik saat berinteraksi pada acara formal maupun non formal, bahkan saat berjumpa di pasar-pasar tradisional. Mereka hidup berdampingan dalam damai dan selalu menjadikan kebangsaan sebagai dasar saat berinteraksi.

Tetapi sangat disayangkan, rasa tenteram itu belakangan ini mengalami benturan. Sebelumnya pergaulan terasa begitu cair, kini dibatasi rasa was-was. Tadinya pergaulan berlangsung lebih leluasa, kini mulai dibatasi oleh rasa curiga. Hal itu adalah dampak dari semakin berkembangnya pikiran-pikiran radikal, dari sekelompok masyarakat yang mengatas namakan agama.

curiga telah mewarnai pergaulan masyarakat. Saling mencaci satu sama lain belakangan ini juga semakin marak. 

Perbedaan yang tadinya tidak menjadi soal, kini malah menjadi permasalahan. Masing-masing mulai menonjolkan kebenaran kelompoknya dan kebenaran itu tidak bisa ditawar, sekalipun persatuan dan kesatuan yang akan menjadi taruhannya. Hal inilah kemudian, yang memicu permusuhan ditengah masyarakat yang berbeda, yang ditunjukkan dalam praktek saling mencaci, saling menghina baik melalui media cetak, elektronik maupun di media sosial.

Berkembangnya cara pikir masyarakat dewasa ini, yang mengarah kepada menurunnya rasa kebangsaan dan semakin menguatnya pemahaman tentang sebuah keyakinan, rupanya mulai menggeser nilai-nilai persaudaraan sesama anak bangsa, dan menggiring masyarakat untuk membangun relasi hanya disekitar masyarakat yang memiliki keyakinan serupa.

Lebih disayangkan lagi, para oknum tokoh agama yang diharapkan hadir sebagai sosok pemersatu, secara sadar atau tidak, justru memposisikan dirinya sebagai tokoh pemecah belah dengan khotbah-khotbah yang bernada provokatif.

Saudaraku sekalian ...

Kita semua tentu tidak setuju, jika agama dikatakan penyebab dari ketidak nyamanan. Kita pasti sependapat, bahwa semua agama berpredikat baik. Tidak ada tawaran dalam ajaran setiap agama, yang memperbolehkan umatnya untuk saling menyakiti satu sama lain, baik kepada sesama seiman maupun bukan seiman.

Agama sebagai lembaga dituntut untuk mengajarkan ideologi dan falsafah bangsa, dimana agama adalah bagian dari bangsa yang berdaulat. Bukan sebaliknya, bangsa malah dijadikan sebagai bagian daripada agama.

Agama adalah sebuah lembaga, tempat dimana orang beriman bersekutu dan menemukan tujuan hidup.


Bandung, 29 Agustus 2018 ... SALAM GEMILANG.

Jumat, 25 Mei 2018

AGAMA BUKANLAH KOMODITI YANG TEPAT UNTUK DIJADIKAN BAHAN PERDEBATAN

Agama bukanlah hal yang baik untuk diperdebatkan, apalagi jika para pelaku perdebatan itu adalah kaum yang berbeda dalam meyakini sebuah agama. Agama adalah sebuah lembaga, yang sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan seorang manusia, sehingga tak sedikit orang rela mati, berkorban demi sebuah agama.

Itulah sebabnya, akan jauh lebih baik jika agama ditempatkan pada tempat yang sangat luhur, dan dijaga dari setiap peluang yang memungkinkan akan terjadi sebuah perdebatan tentangnya.


Besarnya dampak yang diakibatkan sebuah pernyataan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang berkaitan dengan agama, ketika dia sebagai Gubernur DKI Jakarta, berbicara di hadapan warga di Kepulauan Seribu (2016), dengan menyelipkan salah satu ayat dari sebuah Kitab Suci, yang kemudian menimbulkan kemarahan yang begitu besar.


Sebaiknya peristiwa itu menjadi pengalaman yang berharga bagi siapapun, untuk tidak mencampur adukkan setiap peristiwa dengan atribut keagamaan. Sekalipun Ahok bertujuan baik, dengan harapan pengetahuan politik warga tumbuh semakin baik, tetapi tetap saja pernyataan itu telah mengusik perasaan jutaan masyarakat yang memeluk agama yang bersangkutan.


Sudah seharusnya agama tidak dijadikan bahan untuk perdebatan. Sekiranyapun agama akhirnya harus dipersoalkan, cukuplah menjadi persoalan internal (orang dalam) saja. Sangat tidak baik, kalau insan atau kelompok eksternal (orang luar) berusaha untuk ikut serta mencampuri persoalan itu, sebab hanya orang dalamlah, yang mengetahui secara persis persoalan yang terjadi di dalam komunitas mereka.


SALAM GEMILANG

Kamis, 10 Mei 2018

KENDARAAN MENUJU SURGA

Tidaklah benar jika manusia kelak di akhir hidupnya, akan memilih menjadi salah seorang penghuni neraka. Sudah dipastikan, jika pertanyaan tentang surga dan neraka diangkat ke permukaan, setiap insan akan memilih surga sebagai tempat untuk tinggal pada hidup baru setelah kehidupan duniawi berakhir.


Agama adalah sebuah lembaga, tempat dimana manusia dapat mengetahui lebih jauh, tentang kehidupan kelak di surga maupun di neraka. Melalui lembaga ini pula, manusia mendapatkan pengetahuan, bagaimana manusia itu harus berperilaku agar kelak cita-cita hidup di surga menjadi milik manusia itu sendiri.


Setiap agama membuat aturan masing-masing untuk dilaksanakan para pengikutnya. Tak sedikit manusia menjadi bingung dengan adanya berbagai agama. Sementara agama yang satu dengan agama yang lain masing-masing memiliki cara dan gaya yang berbeda dalam pengajarannya.


Kebingungan sebahagian manusia semakin meningkat, ketika semua agama yang ada, mengklaim bahwa kelompok mereka adalah jalan kebenaran, sementara yang lainnya bukan. Demi pernyataan jalan kebenaran, tokoh (pemeluk) agama yang satu dengan tokoh (pemeluk) agama yang lain, tak segan untuk saling mengumpat, saling mencela serta saling mencaci-maki dan tak jarang diantaranya akhirnya saling membunuh.


Permusuhanpun semakin meningkat, ketika terjadi perpindahan agama seseorang, yang dipublikasikan secara luas oleh kelompok agama baru, tempat dimana seseorang tersebut berpindah. Tentu saja dengan menyiarkan peristiwa ini ke permukaan, akan melahirkan komentar maupun pernyataan, yang nadanyapun tak jauh dari pujian dari pemeluk agama baru dan pemeluk agama lama akan mencela semua peristiwa itu.


Dengan mempublikasikan peristiwa perpindahan agama, niat apa sebenarnya yang tersimpan dibalik itu ? Dengan mengadakan adu pendapat atas peristiwa perpindahan agama itu, mau tidak mau akan menimbulkan kebencian semakin dalam diantaranya, lantas situasi dan kondisi yang seperti apa kemudian diharapkan akan tercipta ?. Kemudian muncul pertanyaan akhir; “Surga yang manakah yang hendak dituju ?” 


Semua insan duniawi tau, bahwa surgawi adalah tempat yang damai. Disana akan ditemukan segala kenyamanan, tidak ada lagi permusuhan. Tetapi semua itu harus dilakukan lebih dahulu, ketika manusia tinggal di bumi. Untuk mendapatkan hak sebagai penghuni surga, tentu semua harus melalui beberapa tahapan sebagai ujian ketika manusia hidup di bumi. Bagaimana mungkin kedamaian surgawi dapat direngkuh, sementara hidup duniawinya penuh dengan perbuatan yang membuat Sang Khalik murka


Agama tidak ubahnya bagaikan sebuah kendaraan umum. Agama akan menjadi kendaraan yang tepat menuju surga, jika tokoh yang menahodainya dapat mengemudi dengan baik, melaju dijalan dengan arah yang tepat, membawa seluruh isi kendaraan yang menumpang di dalamnya dengan selamat sampai ke tujuan.


Demikian juga mereka yang menumpang di kendaraan itu. Penumpang sebaiknya menjaga keseimbangan di dalamnya. Penumpang diharapkan untuk duduk dengan tertib, tidak menciptakan kegaduhan, agar kendaraan itu dapat dikemudikan dengan tenang dan nyaman. Para penumpangpun diharap, untuk membantu pengemudi menormalisasi kekisruhan yang ada didalam kendaraan itu, agar terjadi kerjasama yang baik, untuk mencapai rasa damai dalam kendaraan tersebut.


Jika terjadi kekisruhan dalam kendaraan itu, tentu saja memungkinkan penumpang turun di tengah jalan, dan akan mengambil kendaraan lain sebagai upaya penumpang tersebut untuk mencapai tujuannya dengan nyaman. Tidak pula tertutup kemungkinan, pengemudi dan penumpang sudah berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan kenyamanan dalam kendaraan itu, tak diketahui apa sebabnya, diantara penumpang harus turun di tengah jalan, dan berpindah ke kendaraan lain. Tentu saja hal itu menjadi hak dari penumpang tersebut, untuk memilih kendaraan yang dia anggap baik untuk ditumpangi, demi kenyamanan dirinya untuk sampai pada tujuan.


Begitu juga dengan pengemudi kendaraan, jika bertemu dengan kendaraan lain dengan tujuan yang sama, hendaknya dapat berjalan seiring dan sejalan, tanpa pernah berusaha untuk mengganggu perjalanan kendaraan lain. Seandainyapun kendaraan lain berusaha untuk mendahului, biarlah mereka melaju di depan, toh .. jika perjalanan dapat dilalui dengan baik, sudah dipastikan kendaraan dan seluruh isinya akan sampai pada tujuan dengan selamat. Bukan bagaimana kendaraan sampai lebih dahulu, tetapi bagaimana kendaraan sampai di tujuan dengan selamat.


Kendaraan yang dikemudikan dengan cara tidak benar, ugal-ugalan, lalu berisikan penumpang yang urakan, brutal dan selalu berusaha mengganggu kendaraan lain,  maka dengan situasi dan kondisi seperti itu kendaraan akan sangat terganggu dalam usaha mencapai tujuan dan sangat besar kemungkinan kendaraan itu akan mengalami kecelakaan.


Jangan pernah berpikir, bahwa kendaraan yang indah dan besar menjamin penumpang sampai di tujuan dengan selamat, tanpa pengemudi dan penumpang yang baik. Maka berusahalah menjadi pengemudi dan penumpang yang baik, agar kendaraan dan seluruh isinya merasa nyaman dan boleh sampai pada tujuan akhir dengan selamat.

SALAM GEMILANG